Friday, March 1, 2013

Kasih Yesus


"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."  Yohanes 15:13


Di sebuah pedalaman, menetaplah suatu suku yang hidup aman tenteram. Namun ketentraman penduduk terusik dengan pencurian ternak yang terjadi akhir-akhir ini. Kepala suku mengumumkan, apabila si pencuri tertangkap, ia akan mendapatkan hukuman 100 cambukan. Tidak lama berselang, tertangkaplah sang pencuri yang ternyata adalah anak kepala suku sendiri! Hari penghukuman tiba, kepala suku memerintahkan prajurit untuk mengikat anaknya di sebuah tiang. Kemudian ia berjalan dengan langkah tegap menuju tiang, tangannya menggenggam erat sebuah cambuk. Suasana menjadi hening dan mencekam saat dia berhenti di depan anaknya. Tanpa diduga, kepala suku memberikan cambuk kepada prajuritnya lalu memeluk anaknya erat-erat. Kemudian, ia memerintahkan prajurit untuk mencambuk dirinya.

Kasih seorang ayah adalah kasih yang tulus. Tapi kita percaya bahwa kasih Tuhan lebih besar dari kasih seorang ayah kepada anaknya. “Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!” (Mat 7:11). Yesus pun sungguh mengasihi kita. Dia tidak hanya memberikan perintah kepada kita untuk saling mengasihi, namun Dia memberikan teladan kasih itu sendiri, yaitu dengan mengorbankan nyawa-Nya demi keselamatan kita. Yesus selalu berada di barisan terdepan dalam hal mengasihi tanpa batas. Rasul Yohanes menulis apa yang pernah disampaikan Yesus kepada para rasul-Nya pada saat Dia masih bersama mereka. Yesus mengatakan, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:12). Mengasihi yang dimaksud oleh Yesus adalah mengasihi persis seperti kasih-Nya kepada kita. Sedangkan kasih-Nya pada kita sungguh tulus dan total demi keselamatan kita. Ini sungguh bertolak belakang dengan perbuatan kasih yang sering kita lakukan kepada sesama, yang seringkali  tidak tulus bahkan masih kerap diikuti tujuan-tujuan duniawi tertentu.

Lalu bagaimana agar kita bisa mengasihi sesama dengan tulus? Tak usah jauh-jauh! Sebagai langkah awal kita perlu melatih diri mengasihi dengan tulus orang-orang yang paling dekat dengan kita, yaitu keluarga. Bersama mereka kita belajar mempraktekkan kasih dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh bila ada salah seorang dari keluarga kita ada yang sakit atau kesusahan kita dapat bantu dengan memberikan obat atau mendoakan saudara kita tersebut agar saudara kita tersebut dapat sembuh.   Kalau didalam keluarga, kita masih sulit menjalankan kasih, alangkah sulitnya pula mewujudkan kasih kepada sesama sebagaimana yang dikehendaki Yesus. Pada masa Prapaskah ini merupakan masa yang tepat untuk kita menegakkan badan, membersihkan diri dan menanamkan tekad yang bulat untuk siap melangkah kembali menjalani hidup serta menghasilkan buah limpah dengan mengasihi seorang akan yang lain sehingga kasih kita di dunia ini menjadi penuh (Yoh. 15:16-17).  Sanggupkah kita belajar mewujudkan kasih itu dalam keluarga kita masing-masing? Dan jika kita berhasil mewujudkan kasih-Nya dipastikan – berkat rahmat Allah – akan di berikan kepada kita sehingga kita dimampukan untuk mengalirkan kasih itu tidak hanya dilingkungan keluarga melainkan juga di lingkungan masyarakat dan Gereja. Tuhan memberkati.

No comments:

Post a Comment